My journey to Nias island

Nias adalah sebuah pulau kecil yang terletak di pantai barat pulau Sumatera dan termasuk dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara. Sebelum diguncang gempa hebat pada 28 Maret 2006, Nias terkenal dengan pesona wisata baharinya seperti diving, surfing, fishing, swimming. Akibat gempa berkekuatan 8.9 skala richter, maka hampir semua infra struktur di pulau ini hancur berantakan disamping juga banyak korban meninggal dan kehilangan harta benda akibat rumahnya hancur. Salah satu pesona wisata Nias yang saat ini masih tetap eksis yang juga menjadi Icon dari pulau ini adalah tradisi lompat batu yang tetap dijaga oleh sekelompok warga di desa Bawomataluo Kab. Nias Selatan. Desa ini merupakan satu-satunya warisan budaya Nias yang masih memegang tradisi sejak dahulu kala. Lokasi desa ini berada di ketinggian sekitar 400 m diatas air laut dan merupakan satu komunitas tersendiri yang terdiri hampir sekitar 2000 KK. Untuk mencapai desa ini, kita harus naik kendaraan dari Teluk Dalam (ibukota Nias Selatan) sekitar 5 km dan setelah itu harus menaiki tangga bertrap yang berjumlah sekitar 50 trap (setiap orang hitungannya tidak sama, karena mungkin saking banyaknya tangga tsb). Di tengah perkampungan ini masih berdiri megah rumah Raja Nias di jaman dulu yang terbuat dari kayu berdiameter sekitar 1m dan konon pembuatannya tidak menggunakan paku maupun pasak sebagai pengaitnya, namun cukup dengan rangkaian tertentu dan dikunci dengan sebuah pengunci yang katanya hanya bisa dibuka oleh orang tertentu saja (masih keturunan raja).
Di jaman dulu, tradisi perang suku di pulau Nias masih sering terjadi, dan Desa Bawomataluo yang berada di ketinggian adalah salah satu kelompok suku yang mendominasi dalam peperangan, karena letaknya sangat strategis di ketinggian dan mudah sekali melihat kehadiran musuh-musuhnya. Namun seiring dengan kemajuan jaman, semua tradisi itu berubah dengan sendirinya melalui sentuhan-sentuhan pemerintah setempat, sehingga sekarang yang ada adalah tradisi tari-tarian dan lompat batu saja.

Tradisi lompat batu hanya dilakukan pada saat ada acara tertentu, contohnya saat ada kunjungan tamu agung/pejabat ke desa Bawomataluo. Lompat batu ini dilakukan oleh para pemuda yang sudah akhil balig yang sekaligus sebagai simbul bahwa dia sudah menginjak usia dewasa. Batu yang dilompati merupakan susunan batu yang berbentuk limas dengan tinggi sekitar 2 meter. Semua peserta lompat batu harus menggunakan pakaian adat tradisional saat melakukan ritual lompat batu.

Orang Nias memiliki seni budaya yang unik sekali dan merupakan kekayaan khasanah budaya nasional Indonesia. Bila kita sering melihat ke seluruh pelosok pedalaman tanah air, maka akan semakin terasa kekayaan khasanah budaya nasional Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.


Sekian dulu dan sampai jumpa dlm perjalanan yg lain....




Hidajat/Yat

Komentar

Rodesandra mengatakan…
including me,,, definitelly yes,, hehehe,,,
Yoso mengatakan…
Wah, hebat Pak Hidajat.. feeling saya, anda adalah satu dari sedikit orang anggota polisi yang bener, profesional, soleh dan sayang sama keluarga. Semoga anak2 saya kelak bisa menjadi manusia yang bertanggungjawab seperti anda apapun profesi mereka nantinya.
Amiiin.. Yaa.. Rabbal Alamiin...

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya