Stress Management ala FPU Indonesia

Stress Management adalah upaya bagaimana untuk menangani stress melalui berbagai kegiatan antara lain: olah raga, bermain, menyanyi dan kegiatan lain yang sifatnya menghibur diri atau bisa juga berupa kegiatan rohani berupa siraman rohani. Untuk urusan yang satu ini, United Nations (UN) sangat peduli sekali, mengingat para staf yang bergabung dengan UN merupakan orang-orang yang banyak sekali mendapat tekanan dalam hal pekerjaan maupun lingkungan dimana mereka ditugaskan, terutama di daerah konflik, seperti Darfur, Irak, Afganistan, Pakistan, Liberia, dll. Bahkan UNAMID, dalam hal ini sebagai penanggung jawab operasional misi PBB di Darfur Sudan juga memiliki suatu seksi/bagian yang dinamai Staff Counselling and Welfare. Bagian ini bertanggung jawab penuh tentang penanganan stress terhadap semua staff UN yang bekerja di Darfur. Mereka bahkan sering melakukan kegiatan olah raga bersama, seperti sepakbola, tenis meja, latihan karate, ataupun kegiatan lainnya yang sifatnya adalah untuk menghibur diri mengurangi stress akibat tekanan pekerjaan dan lingkungan kerja.
Oleh karena itu, sejak pertama kali Indonesia menyatakan kesanggupan untuk mengirimkan kontingen Formed Police Unit (FPU) ke Darfur yang tergabung dalam UNAMID Force, maka salah satu kewajiban pemerintah Indonesia dalam hal ini Polri adalah menyediakan berbagai fasilitas sebagai Stress Management Equipments. Hal ini sangat diperlukan, mengingat anggota Polri yang bertugas dalam FPU ini adalah orang-orang yang rawan sekali terhadap stress akibat beban pekerjaan yang demikian berat di daerah konflik. Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh Polri adalah menyediakan fasilitas olah raga berupa peralatan fitnes dan aneka permainan seperti meja bilyard, guitar, karambol, dll. Semua ini adalah upaya untuk mengatasi stress bagi anggota pasukan FPU Indonesia yang sedang bertugas di Darfur Sudan selama kurun waktu setahun. Bisa dibayangkan bila hal yang satu ini (masalah stress) tidak diantisipasi sejak awal, besar kemungkinan akan menjadi bom waktu yang siap meledak dan berakibat fatal terhadap pasukan itu sendiri.
Gym yang dimiliki oleh FPU Indonesia merupakan satu-satunya gym yang ada di seluruh kota El Fasher ini, sehingga begitu kita operasionalkan untuk latihan kebugaran anggota FPU Indonesia, maka banyak permintaan dari staf UNAMID lainnya yang ingin bergabung, walaupun mereka disuruh bayar berapapun mereka mau, asal bisa ikut latihan fitnes. Akhirnya dengan segala pertimbangan, maka Komandan Kontingen FPU Indonesia Kombes Pol. Drs. Johni Asadoma, M.Hum memberikan kebijakan, untuk selain anggota FPU Indonesia diberi kesempatan bisa latihan khusus hari Senin dan Kamis mulai pukul 16.00 s/d 19.00. Ternyata hal ini tidak disia-siakan oleh para staf UNAMID yang lainnya, termasuk tetangga kami sebelah yaitu anggota Batalyon Rwanda yang kebetulan tinggalnya bersebelahan dengan kami FPU Indonesia. Sejak saat itulah, kami lebih dikenal lagi oleh seluruh staf UNAMID, sehingga hal inipun bisa kita gunakan sebagai sarana promosi tentang keberadaan FPU Indonesia di Darfur Sudan ini.
Nampaknya waktu yang diberikan untuk staf UNAMID selain FPU Indonesia untuk berlatih fitnes 2 kali seminggu dirasakan kurang oleh mereka, sehingga ada beberapa diantara mereka yang memohon langsung ke Komandan FPU Indonesia untuk memberi kelonggaran waktu lagi, namun dengan alasan bahwa anggota FPU Indonesia sendiri juga membutuhkan dan jumlah kamipun cukup banyak yaitu 140 orang, maka kebijakan untuk staf UNAMID tetap seperti semula, yaitu hanya hari Senin dan Kamis saja. Kebijakan ini ternyata juga menimbulkan resiko, yaitu adanya beberapa peralatan fitnes yang rusak (putus kawat selingnya) akibat beberapa anggota dari Rwanda Batalyon yang tidak bisa menggunakan peralatan fitnes secara proporsional. Memang nampaknya orang-orang Rwanda ini termasuk orang primitif, sehingga menggunakan peralatan fitnes aja bisa sampai rusak. Gimana gak rusak, kalo pake aja gak pernah pake ukuran seperti kalau kita fitnes di gym-gym Indonesia.
Selain peralatan fitnes, kami juga membawa peralatan bilyard berupa meja bilyard lengkap dengan stik dan bolanya. Hampir tiap malam, meja bilyard ini tidak pernah sepi dari para jagoan-jagoan bola sodok FPU Indonesia. Bahkan setiap malam selepas makan malam, selalu hadir para pebilyard FPU Indonesia untuk berkompetisi sesama rekan lainnya dengan berpasangan. Kelompok ini kebanyakan didominasi oleh mereka yang sudah mahir main bilyard dan biasanya menyebut diri dengan sebutan "kelas malam", karena kompetisinya selalu malam hari. Dan untuk yang pemula biasanya mereka latihannya sore hari saat yang lainnya pada latihan fitnes dan bila sudah mahir maka akan bergabung dengan kelas malam untuk menguji ketrampilannya di meja bilyard. Disamping peralatan fitnes, FPU Indonesia juga memiliki fasilitas home theatre dengan dilengkapi TV Polytron 42", sound system dan DVD player. Disaat santai, biasanya anggota menyaksikan film-film yang dibawa dari Indonesia disamping juga menyaksikan siaran berita BBC atau lokal TV melalui antena parabola. Selain itu, untuk mengisi waktu luang biar tidak jenuh, beberapa anggota yang pandai main guitar berkumpul bersama membentuk "boys band" ala FPU Indonesia dengan peralatan seadanya, seperti ember plastik sebagai drumnya, botol air mineral sebagai alat musik pukul lainnya.
Bila malam Jum'at tiba, maka semua anggota mengikuti kegiatan rohani, yang beragama Islam melakukan sholat Isya' berjama'ah dilanjutkan baca Yasin dan Tahlil, yang Nasrani melakukan kebaktian bersama, demikian juga yang beragama Hindu juga melakukan kegiatan sembahyang bersama. Jum'at merupakan hari libur, sehingga kamipun menggunakan hari Jum'at untuk istirahat sepenuhnya di barak dengan kegiatan berupa maintainance peralatan senjata dan juga membersihkan barak tempat kami tinggal. "Killing the time" adalah salah satu upaya untuk tetap bisa betah tinggal di daerah misi seperti Darfur ini. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh masing-masing anggota sesuai dengan keinginannya. Yang hobbynya olah raga, maka setiap sore pasti menghabiskan waktu di gym ataupun jogging keliling super camp yang panjangnya sekitar 4,5 km. Yang hobbynya musik dan menyanyi juga bisa menyalurkan bakatnya dengan berkaraoke, demikian juga yang hobbynya main bola, juga bisa menyalurkan hobby main bolanya walaupun hanya melalui PS2 yang mereka bawa dari Indonesia. Sedangkan untuk menjalin komunikasi denga keluarga di Indonesia, para anggota FPU Indonesia banyak yang menggunakan fasilitas internet melalui provider lokal seperti Zain atau Sudani.
Kedua provider ini menyediakan paket "access internet" dengan harga yang lumayan mahal juga kalo dikurskan dalam Rupiah. Setiap bulannya untuk biaya abonemen sekitar 100 SDG atau sekitar 500 ribu rupiah, sedangkan harga modem beserta kartu perdananya minimal 250 SDG atau sekitar 1 juta 250 ribu rupiah. Apapun alasannya, walaupun harganya lumayan mahal, namun tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kebahagiaan diri sendiri saat bisa komunikasi dengan keluarga di rumah Indonesia, karena hanya inilah satu-satunya cara kita bisa komunikasi yang termurah dengan keluarga daripada harus pake tilpun/sms dengan nomor lokal Sudan yg lebih mahal biayanya.
Salam dari Darfur Sudan

Komentar

Anonim mengatakan…
BANG, main Bilyardnta jgn pakai duit ya bang ?
Ntar Gadaikan senjata pula ke Janjaweed, Ha 8X.......
( Ambar )
hsoegiharto70 mengatakan…
Gmn mo pake duit Lai, duitnya aja gak ada ama kita-kita......
kan gajinya dikirim ke Mabes Polri...cape' dech....
Anonim mengatakan…
Lho kok bisa gitu sich bang ?
Sabar aja bang, doakan aja mereka agar diterima disisi-Nya.
(ambar)
hsoegiharto70 mengatakan…
Sopo sing ditrima disisiNya? Wah, kalo yang bawa duit ditrima disisiNya, terus piye nasibnya si duit ya?
Aya-aya wae kau ini Lai....

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya