FPU Indonesia Garuda Camp


Sejak 1 Mei 2009, FPU Indonesia resmi menggunakan base camp permanent yang dibangun oleh pemerintah Indonesia dan diberi nama "FPU Indonesia Garuda Camp" untuk memperkenalkan identitas Indonesia yang berlambang Garuda Pancasila. Base camp ini dibangun mulai November 2008 dan baru bisa selesai untuk bisa ditempati kemarin 1 Mei 2009 dengan segala kondisi kekurangan yang ada disana-sini tentunya. Kendala utama dalam pembangunan base camp ini adalah kurangnya SDM para pekerja lokal di Darfur, sehingga untuk mengerjakan base camp yang menempati lahan kurang lebih 100m x 100m diperlukan waktu yang lama sekali. Disamping itu, kendala material yang mahal harganya dan susah didapat juga merupakan faktor pendukung keterlambatan penyelesaian pembangunan base camp ini.
Garuda Camp merupakan base camp termewah yang ada di Darfur, sehingga banyak dari kontingen negara lain yang menjadikan base camp ini sebagai rujukan (prototype) base camp lainya, terutama base camp untuk pasukan Polisi UNAMID Formed Police Unit (FPU). Fasilitas yang dimiliki adalah kontainer sebagai tempat tinggal yang dilengkapi AC, spring bed, selimut, dll. Disamping itu juga dilengkapi dengan sarana olah raga "Fitnes", volly ball, pingpong, billiard dan juga sepak bola lapangan kecil. Untuk fasilitas MCK disediakan 6 buah toilet yang masing-masing terdiri dari 3 WC dan 3 kamar mandi Shower dan dilengkapi dengan wastafel dan lantai keramiknya, sedangkan untuk fasilitas makan disediakan ruang makan yang sekaligus bisa dipakai sebagai tempat "training hall" manakala diperlukan. Untuk gerbang pintu depan dipasang pos penjagaan layaknya markas militer lainnya. Sedangkan untuk parkir kendaraan disediakan tempat parkir yang cukup luas, walaupun tidak bisa menampung semua kendaraan FPU Indonesia yang berjumlah 65 buah kendaraan termasuk trailer.
FPU Indonesia merupakan kontingen pasukan Polisi PBB yang bersifat self sustainment, artinya semua keperluan mulai hal terkecil sampai yang terbesar harus dipenuhi sendiri pengadaannya, baik untuk operasional sehari-hari maupun untuk cadangan. Inilah salah satu kendala yang cukup berat yang harus dihadapi oleh FPU Indonesia di Darfur. Hal ini disebabkan oleh karena pengadaan semua kebutuhan barang FPU Indonesia harus dibeli sendiri di Darfur atau Khartoum dengan harga yang selangit bila dibandingkan dengan di Indonesia, sedangkan bila dikirim dari Indonesia ongkos kargonya juga mahal sekali untuk bisa sampai di El Fasher Darfur, belum lagi ditambah pajak bea masuk barang tersebut yang juga mahal. Bahkan, sampai sekarangpun barang-barang onderdil kendaraan yang dikirim dari Jordan sejak 19 Februari 2009 belum bisa dikeluarkan dari Custom Clearance.
Wah, memang repot sekali berurusan dengan para pihak berwenang di Sudan ini. Hal ini bisa dimaklumi, karena banyak sekali orang asing yang bekerja di UN baik UNMIS (United Nations Mission in Sudan) maupun UNAMID (United Nations Mission in Darfur), termasuk pasukan Polisi Indonesia. Bisa dibayangkan saja, bila sekian ribu macam barang yang masuk ke Sudan dan semuanya menggunakan nama United Nations, sudah pasti income Sudan dari bea masuk barang import akan banyak berkurang, karena barang-barang yang masuk dengan menggunakan nama UN akan dibebaskan pajaknya atau paling tidak kena pajak yang lebih ringan dibanding barang import lainnya. Oleh sebab itu, bila masuk ke Sudan disarankan jangan banyak barang bawaan sebagai oleh-oleh, karena pasti akan diedel-edel oleh petugas Custom Bandara dengan segala kewenangannya, terutama untuk mereka yang baru selesai cuti pulang ke negara asalnya.
Pengalaman dari para anggota FPU Indonesia yang balik ke Sudan setelah selesai melaksanakan cuti, ternyata begitu tiba di Khartoum Internasional Airport, maka semua koper bawaan yang sudah dibungkus rapi dan sudah melalui pemeriksaan X-ray masih juga dibuka paksa oleh petugas Custom Bandara, walaupun sebenarnya sudah dinyatakan clear setelah melewati pemeriksaan X-ray.
Inilah sekilas tentang situasi dan kondisi Sudan dan Darfur serta kondisi kontingen Garuda Bhayangkara Polri FPU Indonesia yang tergabung dalam misi UNAMID di El Fasher Darfur Sudan.



Sekian

Salam dari El Fasher
Darfur - Sudan





















Komentar

briptu dani mengatakan…
kmandan.. Ijin tanya, kontingen FPU indonesia ke sudan boleh cuti jg ya plng ke indonesia ? Dpt brp hari klu cuti ? N biaya nya tanggung masing2 atw gmn ? Trims.
hsoegiharto70 mengatakan…
Setiap misi PBB akan mendapat jatah cuti sesuai ketentuan PBB. Untuk tugas FPU akan mendapatkan CTO (Compensation Time Off) 2,5 hari /bulan dan bisa dikumpulkan setelah 3 bulan di penugasan baru boleh diambil cutinya. Jadi kalo kita ambil cuti setelah 3 bln, maka akan dapat cuti sebanyak 2,5 x 3 = 7,5 hari tambah jum'at sabtu libur plus 4 hari sbg travel days. Jadi totalnya dpt cuti 15 hari.
Untuk biaya tiket PP urusan sendiri alias duit kita sendiri. Jadi harus punya uang tabungan yg bisa dibawa ke sudan sbg cad beli tiket cuti nantinya, minimal siapkan $1500/sekali cuti.

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya