Long Range Driving on the Trans Sulawesi roads...

Sebelumnya saya tidak pernah mengira bahwa akhirnya saya harus melakukan perjalanan panjang melewati jalur Trans Sulawesi mulai dari Makassar sampai ke Palu dan sebaliknya dari Palu ke Makassar. Kalau seandainya tidak ada tugas khusus ke Palu, mungkin saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di bumi pulau Sulawesi. Inilah salah satu keuntungan tugas di UNDSS Indonesia, khususnya di Country Office Jakarta, saya setiap saat harus siap untuk ditugaskan ke lapangan di seluruh wilayah Indonesia. Enak juga sih, bisa jadi tambah wawasan kebangsaannya karena bisa melihat langsung keaneka ragaman budaya Indonesia. Sebelumnya saya juga sudah pernah dinas di Nias selama 7 bulan, kemudian dinas di Banda Aceh selama 6 bulan dan sekarang dinas di Jakarta. Saya berangkat dari bandara Soekarno-Hatta Cengkareng pada hari Sabtu 9 Oktober 2010 sekitar jam 08.00 wib dengan menggunakan penerbangan Garuda GA 602 tujuan Makassar. Dalam tempo sekitar 2 jam, saya sudah mendarat di bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Selanjutnya di bandara Sultan Hasanuddin saya dijemput oleh rekan UNDSS Makassar mas Kardjito Dolopo. Rekan saya satu ini riwayatnya hampir mirip dengan saya, yaitu pernah ikut penugasan misi PBB ke Bosnia dan juga pernah tugas di Sekolah Polisi Negara (SPN) Mojokerto. Kami berdua memang punya latar belakang yang sama, yaitu dari anggota Polri. Begitu memasuki kota Makassar saya langsung menghubungi rekan saya yang jadi Kanit Intelkam di Polsek Panakukang Makassar.


Karena waktu sudah menunjukkan saatnya makan siang, maka saya ajak rekan saya Iptu Sri Darwati untuk makan siang bersama di Rumah Makan "Ayam Goreng Barokah" yang ada di Pengayoman Panakukang. Akhirnya saya bertemu juga dengan rekan satu pleton waktu pendidikan Secapa di Sukabumi tahun 2005 lalu. Kenapa saya memilih makan siang di Ayam Goreng Barokah? Karena si juragan warung makan itu juga teman sendiri waktu SMA di Tulungagung dulu, namanya mbak Fajar Irawati. Dan sekarang sudah sukses buka usaha warung makan di Panakukang Makassar bersama suaminya mas Jumain Saputro. Kota Makassar memang identik dengan warung makan, hampir di semua penjuru kota terdapat warung makan, mulai makanan khas Makassar Coto Makassar sampai makanan daerah lainpun ada. Dari warung makanan yang kecil-kecil sampai warung makanan yang lux juga ada dan hampir semuanya tidak pernah sepi pengunjung. Keesokan harinya, Minggu 10 Oktober 2010 sekitar jam 05.30 kami berdua memulai perjalanan dari Makassar menuju Palu. Dengan menggunakan kendaraan dinas UNDSS yaitu Toyota Fortuner, kamipun memulai perjalanan dari Makassar dengan route : Maros-Pangkajene-Soppeng-Pare-Pare-Sidenreng Rappang-Bupon-Luwu-Palopo-Luwu Utara-Masamba-Wotu-Mangkutana.


Kami tiba di Mangkutana sekitar jam 18.00, akhirnya kami menginap semalam di Mangkutana. Keputusan kami ternyata tepat, soalnya jalur Mangkutana menuju perbatasan Sulsel-Sulteng merupakan jalur pegunungan yang rawan longsor, dan sebelumnya kamipun mampir ke Polres Luwu Utara untuk mencari informasi seputar daerah tersebut.
Esok harinya, Senin 10 Oktober 2010 jam 05.30 kamipun memulai perjalanan dari penginapan di Mangkutana menuju Palu. Dan ternyata, kamipun akhirnya terjebak longsor di daerah Kayu Langi Mangkutana. Jalur ini merupakan satu-satunya jalur trans sulawesi dari Makassar ke Palu. Kendaraan yang lewat jalur ini rata-rata truk besar dengan muatan sembako dan barang-barang kebutuhan keluarga lainnya. Bahkan ada truk yang mengangkut mobil dan motor. Saat kami melintasi jalan yang longsor, ternyata ada sebuah truk yang mengangkut sepeda motor terguling akibat tanah longsor. Menurut beberapa sopir truk, mereka sudah terjebak tanah longsor sejak hari Kamis, artinya mereka sudah menginap di tengah hutan sekitar 3 hari yang lalu. Dan kebetulan pas kami lewat, saat itu jalan sedang diperbaiki dengan menggunakan eskavator, namun ternyata hanya mobil kecil saja yang bisa lewat, sementara truk-truk besar belum diperbolehkan lewat karena kondisi tanahnya labil. Kasihan sekali para sopir truk dan kernetnya, mereka terjebak tanah longsor yang belum jelas kapan bisa diperbaiki dalam waktu singkat. Untungnya di sekitar daerah tersebut juga ada warung dadakan yang menyediakan makanan ala kadarnya untuk menghilangkan rasa lapar dan haus saja.


Alhamdulillah, akhirnya kamipun berhasil melewati jalur ini dengan selamat dan selanjutnya meneruskan perjalanan ke Palu. Jalur dari Kayu Langi sampai ke Tentena merupakan daerah pegunungan yang memiliki jalur sempit dan berkelok-kelok seperti di daerah Batu Malang menuju Jombang. Dari Kayu Langi kami meneruskan ke Pendolo-Pamona Utara-Tentena-Lage-Poso Kota-Poso Pesisir-Parigi-Tuwaili-Palu. Jalur dari Poso ke Parigi-Tuwaili-Palu merupakan jalur pegunungan yang berkelok-kelok juga, sehingga membutuhkan ekstra hati-hati saat melewati jalur ini. Kami memasuki daerah perbatasan antara Sulsel - Sulteng sekitar jam 11.00 dan sempat istirahat sejenak untuk mengambil foto sebagai kenang-kenangan bahwa kami sudah pernah melintasi batas antara Sulsel dan Sulteng. Karena waktu sudah menunjukkan saatnya makan siang, maka kamipun mencari rumah makan yang ada disekitar jalan trans sulawesi di wilayah kayu langi Sulsel. Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju Pendolo-Tentena-Poso. Di Poso kota kami harus isi BBM dulu karena jarum penunjuk BBM ada di 1 strip bagian bawah karena perjalanan kami selanjutnya dari Poso ke Palu banyak melewati pegunungan, sehingga untuk mengantisipasi kehabisan BBM makanya kami mengisi BBM dulu sebelumnya. Akhirnya kamipun sampai di Palu sekitar jam 18.00 Wita. Benar-benar perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan, makanya kamipun gantian nyetirnya. Kami menginap di Swiss Belhotel yang terletak di tepi pantai barat kota Palu. Suasananya sangat nyaman, tepat ditepi pantai dan sangat indah pemandangannya. Kami berdua berada di Palu dalam rangka mengikuti kegiatan UN REDD yang dihadiri sekitar 250 peserta dan juga dihadiri beberapa pejabat penting dari UN serta Gubernur Sulteng sendiri. Sebelum acara ini terlaksana, maka kami harus melakukan Security Assessment untuk tempat-tempat yang akan digunakan dalam acara tersebut antara lain : Swiss Belhotel, Taman Nasional Lore Lindu, Bandara Sulteng, Tempat Makan Siang di Restaurant NELAYAN. Untuk itulah kami harus berkoordinasi dengan Polda Sulteng, Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, otoritas bandara di Sulteng, pihak protokol dari kantor Gubernur Sulteng dan panitia lokal dari Bappeda Propinsi Sulteng. Alhamdulillah, semua bisa berjalan lancar dan kami merasa terbantu sepenuhnya oleh beberapa instansi yang berkaitan dengan acara tersebut antara lain: Polda Sulteng khususnya Dir Intelkam, Dir Lantas dan jajarannya serta dari Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC) Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu. Acara pokok dimulai sejak hari Rabu 13 Oktober 2010, namun para tamu VVIP baru tiba di Palu sekitar jam 17.05 dengan penerbangan Garuda. Kamipun hari itu juga langsung menjemput para tamu VVIP ke bandara dan selanjutnya membawanya ke Swiss Belhotel untuk menginap disana selama sehari semalam.
Acara peluncuran project UN REDD+ dan workshop berlangsung dari tanggal 13 s/d 15 Oktober 2010, namun para tamu VVIP sudah kembali mendahului pada hari Kamis 14 Oktober 2010 dengan penerbangan Garuda jam 17.45 WITA. Setelah mengantar para tamu VVIP ke bandara, kamipun kembali ke penginapan. Kali ini kami harus pindah penginapan dari Swiss Belhotel ke Palu Golden Hotel karena booking hotelnya hanya sampai tanggal 14 Oktober sore. Esok harinya kami mulai perjalanan pulang ke Makassar. Sekitar jam 05.30 WITA kami berangkat dari Palu Golden Hotel menuju Donggala. Dari Donggala kemudian menuju Banawa-Mamuju Utara-Pasang Kayu-Budong-Budong-Mamuju-Malunda-Polewali-Majene-Pinrang-Pare-Pare-Soppeng-Maros-Makassar. Jalur trans Sulawesi wilayah barat mulai Palu-Donggala-Pasang Kayu kondisinya bagus dengan aspal hotmix. Namun setelah memasuki wilayah Budong-Budong, kondisi jalannya rusak dan masih dalam perbaikan. Terutama di daerah kebon sawit Budong-Budong banyak jalan yang lobang dan masih makadam. Kondisi ini sangat mengawatirkan bagi para pengguna jalan, karena bisa celaka akibat masuk lobang yang cukup dalam. Kondisi jalan dari Mamuju ke Pinrang sudah bagus dan cukup ramai kendaraan lewat. Sedangkan memasuki Soppeng menuju ke Makassar kondisi jalannya masih dalam perbaikan, sehingga kalau menempuh perjalanan malam hari harus ekstra hati-hati karena banyak jalur jalan yang dipindah-pindah. Akhirnya kamipun tiba di Makassar dengan selamat setelah menempuh perjalanan selama hampir 24 jam dan total jarak yang telah kita tempuh sekitar 2000 km mulai dari Makassar-Palu-Makassar. Esok harinya, Minggu 17 Oktober 2010 sekitar jam 17.30 WITA akhirnya saya harus meninggalkan Makassar kembali ke Jakarta. Selamat tinggal Makassar dan see you next.................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya