Menyikapi Tradisi Mudik Riyoyoan Bareng

Mudik merupakan tradisi turun-turun di tanah Jawa yang konon katanya telah diwariskan oleh sesepuh dari jaman Kerajaan Islam Mataram dulu. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya jaman, maka tradisi mudik inipun juga menyesuaikan dengan sikon yang ada, namun intinya adalah menyambung tali silaturahmi yang telah lama terputus akibat jarak yang terpisah oleh laut dan pulau.
Ternyata tradisi mudik tidak hanya milik kaum muslim aja, karena tradisi ini seolah sudah dilegalkan oleh Pemerintah dengan memberikan kebijakan Libur Nasional yang artinya semua masyarakat juga menikmati suasana libur nasional itu.
Bagi orang Jawa yang telah lama merantau, tidak peduli itu muslim atau non muslim semua pasti akan memanfaatkan momen libur nasional di hari lebaran ini untuk menengok kembali sanak-kadang yang ada di kampung halaman di Jawa, sehingga ketika hari lebaran tiba, seolah lebaran itu bukan hanya milik kaum muslim saja, tapi semua wong Jowo sudah membaur jadi satu ikatan yang disebut Riyoyoan.
Di beberapa daerah di pulau Jawa, tradisi riyoyoan banyak macamnya. Ada yang menyebut bodo, ada yang menyebut riyoyo dan bahkan ada yang melanjutkan dengan riyoyo kupat (Lebaran Ketupat). Perayaan Riyoyo Kupat itu dilaksanakan di tanah Jawa setelah selesai melaksanakan puasa sunnah syawal enam hari, makanya Riyoyo Kupat dilaksanakan seminggu setelah lebaran 1 Syawal dan biasanya tidak kalah meriahnya, karena terkadang diiringi dengan kirab dan perayaan tradisi lainnya. Di Jakarta dan tempat lain di luar Jawa, lebaran ketupat ini malah dilaksanakan persis saat lebaran 1 Syawal, sehingga dikenal dengan Ketupat Lebaran sebagai menu utama saat Idul Fitri tiba.
Bahkan di China ternyata juga ada tradisi mudik yang dilakukan setiap menjelang tahun baru China IMLEK. Semua orang di China akan berbondong-bondong melakukan perjalanan pulang kampung alias mudik sebagai bentuk rasa syukur mereka dan juga untuk tetap menjaga tali silaturahmi dengan keluarga mereka di kampung asalnya, persis yang terjadi dengan di Indonesia.
Jadi jangan malu kalau anda dan keluarga terlibat dalam tradisi mudik yang seolah-olah anda merupakan orang kampung, karena sesungguhnya banyak makna yang tersirat dari tradisi ini, terutama bagi ummat Islam adalah untuk menambah panjang umur dan rizkinya..................
Tapi sayangnya selama mudik berlangsung, telah banyak korban jiwa yang gugur dalam perjalanannya. Saya lebih menyebutnya sebagai Mujahiddin yang mati syahid, karena mereka gugur dalam menjalankan perintah agama untuk menyambung tali silaturahmi dengan sanak saudara di kampung asalnya.
Sebenarnya telah banyak perusahaan yang memberikan fasilitas mudik gratis ke berbagai tujuan, bahkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga menyediakan puluhan bis untuk mudik gratis. Namun karena jumlah pemudik yang tidak sebanding dengan armada angkutan yang tersedia, makanya masih banyak yang memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, motor dan bahkan ada yang nekat menyewa bajaj. Malah ada juga yang kemarin mudik pakai sepeda fixie dari Bandung ke Jambi. Bisa dibayangkan betapa jauh dan melelahkannya perjalanan dari Bandung ke Jambi PP pakai sepede pancal......huuuhhhh.......capek dech...!!!!
Semoga saja tradisi mudik ini akan semakin bertambah baik nantinya dengan peningkatan fasilitas jalan dan kendaraan yang cukup memadai sehingga bisa dikurangi korban jiwa yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas selama dalam perjalanan mudiknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya