Sepuluh tahun sudah Tsunami Aceh berlalu

Tak terasa peristiwa yang pernah menggemparkan dunia di Banda Aceh telah berlalu sepuluh tahun sudah. Ya, Bencana Tsunami terdahsyat sepanjang sejarah Indonesia telah terjadi, tepatnya 26 Desember 2004 silam dan telah mengakibatkan sekitar 300 ribu jiwa melayang dan kerugian materi yang tak terhitung jumlahnya.
Pada hari Selasa, 23 Desember 2014, tepatnya jam 15.30 wib saya tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Aceh untuk menghadiri peringatan 10 tahun Bencana Tsunami yang menerjang Banda Aceh. Setibanya di bandara, langsung dijemput oleh rekan sejawat dari UNDSS banda Aceh LSA Sunarto dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju kota Banda Aceh yang memakan waktu sekitar 30 menit.
Sekitar tujuh tahun yang lalu, saya pernah ditugaskan sebagai Field Security Associate (FSA) UNDP Banda Aceh, mulai bulan Mei 2005 sampai Nov 2005. Jadi kedatangan saya kali ini semacam napak tilas kota Banda Aceh yang pernah saya tinggalkan tujuh tahun silam. Secara fisik tidak banyak perubahan kondisi kota, namun yang kelihata menyolok adalah sepinya lalu lalang kendaraan UN dan INGO/NGO di kota Banda Aceh. Memang saat itu Aceh masih dalam tahap recovery setelah bencana tsunami sehingga banyak sekali bantuan asing berdatangan termasuk dari United Nations (UN). 
Sebenarnya, kehadiran saya di Banda Aceh kali ini adalah untuk memberikan security support kepada Designated Official (DO) selaku UN Resident Coordinator beserta jajaran Kepala Perwakilan PBB Indonesia yang mendapat undangan khusus dari Pemerintah Daerah Propinsi NAD dalam acara Peringatan 10 tahun Bencana Tsunami yang melanda Propinsi Aceh. 
Kegiatan saya di hari kedua, Rabu, 24 Desember 2014 dimulai dengan melakukan security assessment untuk tempat-tempat yang nantinya bakal dikunjungi oleh Delegasi PBB Indonesia selama acara berlansung. Sejak jam 09.30 wib saya dan LSA Sunarto sudah meninggalkan penginapan untuk selanjutnya mengunjungi beberapa tempat antara lain: Lapangan Blang Padang sebagai tempat acara utama, Museum Tsunami, Pendopo Gubernur NAD, kantor UNICEF, Hotel Hermes Palace dan Balai Kota Banda Aceh. Setelah seharian penuh mengecek semua tempat-tempat yang akan digunakan dalam acara peringatan 10 tahun Tsunami ini, sorenya harinya kembali ke penginapan untuk istirahat.
Esok harinya, Kamis 25 Desember 2014, saya mulai kegiatan dengan mengadakan rapat bersama Panitia dan semua UN yang terlibat dalam acara. Sekitar jam 0930 wib. rapat dimulai bertempat di kantor Sekretariat Panitia di Museum Tsunami. Setelah rapat selesai, saya memanfaatkan waktu luang dengan keliling komplek Museum Tsunami untuk mengetahui lebih jauh papa saja yang telah terjadi selama bencana Tsunami berlangsung saat ini. Dari hasil foto-foto yang terdapat di galeri museum, terlihat jelas betapa dahsyat dampak Tsunami yang ditimbulkan saat ini. Tidak heran kalau akhirnya menimbulkan kerusakan yang begitu hebat di hampir seluruh wilayah Banda Aceh dan Meulaboh. 
Sore harinya sekitar jam 1530 wib. saya menjemput kedatangan Designated Official (DO) UN Indonesia Mr. Douglas Broderick beserta beberapa UN staff yang akan menghadiri acara besoknya di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Dari Bandara rombongan langsung menuju penginapan di Hermes Palace Hotel. 

Sekitar jam 1930 wib. saya harus menemani DO Mr. Douglas Broderick memenuhi undangan makan malam dari temannya seorang Diplomat Spanyol bertempat di rumah makan Rumoh Aceh. Sementara rekan saya LSA Sunarto menjemput CSA UNDSS Indonesia Mr. Omar Castiglioni dan UNDP CD ke bandara dan selanjutnya langsung dibawa ke penginapan di Hermer Palace hotel. Sekitar jam 2100 wib. acara makan malam di Rumoh Aceh selesai dan langsung kembali ke hotel.
Jum'at 26 Desember 2014, sekitar jam 07.00 wib saya dan rekan saya LSA Sunarto sudah bersiap untuk menjemput semua delegasi UN yang akan menghadiri acara 10 tahun Tsunami. Dari penginapan Hermes Palace hotel kita langsung dibawa menuju Pendapa Kantor Gubernur Aceh untuk persiapan acara pokok di Lapangan Blang Padang. 
Sekitar jam 08.15 wib. semua tamu undangan berangkat dengan tiga bis menuju tempat utama acara berlangsung yaitu Lapangan Blang Padang. Acara ini dihadiri oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla dan juga beberapa pejabat dari Pemerintahan maupun dari beberapa negara donor. Pemerintah Propinsi NAD dalam kesempatan ini juga memberikan penghargaan kepada semua negara donor termasuk UN yang telah memberikan bantuan selama proses pemulihan bencana di Aceh.
Yang tidak kalah menariknya, acara ini juga dihadiri oleh Syech Ali Jaber, Ustadz kondang selaku penceramah agama. Dalam ceramahnya, Syech Ali Jaber mengingatkan kepada semua masyarakat Aceh agar menjadikan Tsunami sebagai bahan pelajaran yang berharga untuk lebih meningkatkan ketaqwaan kepada Alloh SWT. 
Setelah acara pokok selesai, semua tamu undangan diajak untuk keliling ke stand pameran yang diselenggarakan oleh panitia. Acara dilanjutkan dengan makan siang bersama bagi tamu undangan bertempat di kantor Gubernur NAD. Rangkaian acara Peringatan 10 tahun Tsunami Aceh diakhiri dengan acara Makan Malam yang diselenggarakan oleh Walikota Banda Aceh bertempat di Pendopo Balaikota. 
Sabtu, 27 Desember 2014, DO Mr. Douglas Broderick serta rombongan delegasi UN meninggalkan Banda Aceh untuk kembali ke Jakarta. Malam harinya, saya dan rekan saya Sunarto mengadakan acara informal meeting dengan beberapa Pejabat Polda NAD di Black Jack cafe. Acara ini sekaligus sebagai temu kangen karena saya sebelumnya sudah pernah di Banda Aceh. Esok harinya, Minggu 28 Desember 2014, jam 05.00 wib saya harus mulai berangkat ke bandara untuk mengakhiri kegiatan saya selama di Banda Aceh.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya