Evacuation...evacuation

Sejak munculnya berita rencana ICC (International Criminal Court) Den Hagg akan mengeluarkan surat perintah penangkapan kepada Presiden Sudan Omar Al Bashir dengan tuduhan telah melakukan kejahatan perang berupa genocide selama terjadinya konflik di Darfur, maka situasi dan kondisi keamanan di wilayah ini semakin tidak menentu. Hampir tiap hari dimuat berita tentang perampokan bersenjata, pembajakan kendaraan, perkosaan, dll. Untuk mengantisipasi timbulnya kekacauan yang lebih serius, maka UNAMID mengadakan latihan Evakuasi untuk semua staf UNAMID di El Fasher yang diikuti oleh FPU Indonesia dan UNDSS serta beberapa warden/SFP di beberapa UN agencies. Dari FPU Indonesia dihadiri oleh Komandan FPU Indonesia Kombes Pol. Drs. Johni Asadoma, M.Hum, Pasi Ops (Operations Officer) AKP Anhar Wibisono, LO AKP Denan Purba, dan para Dan Ton serta Dan Regu Pasukan Taktis FPU Indonesia. Setelah mengadakan pertemuan awal, selanjutnya tim melakukan penjelajahan (ricci) route ke seluruh zone yang menjadi AoR (Area of responsibility) FPU Indonesia selama proses evakuasi berlansung. Penjelajahan dilakukan agar nantinya bila situasi betul-betul memanas dan mengharuskan dilakukannya evakuasi, maka FPU Indonesia sudah mengetahui betul medan yang menjadi AoRnya.
Evakuasi dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan antara lain: pengumuman, pergeseran ke titip kumpul (assembly point), pergeseran ke tempat penampuan (relocation/concentration point), selanjutnya pergeseran ke daerah pemberangkatan (embarkation point) untuk selanjutnya menuju ke safe haven (daerah yg aman). Tujuan akhir yang menjadi safe haven untuk semua staff UNAMID adalah : Addis Ababa (Ethiopia), Entebbe (Uganda), Cairo (Mesir), Ndjamena (Uganda) dan El Obeid (Sudan). Bila memang terjadi evakuasi, maka semua staf UNAMID akan diungsikan ke daerah-daerah tersebut (safe haven) sampai waktu tertentu dan bila kondisi di Darfur sudah aman kembali maka semua staf akan dikembalikan lagi ke Darfur. Namun, untuk FPU Indonesia kali ini mendapat tugas yang cukup berat, yaitu harus mengevakuasi seluruh staf UNAMID dahulu, baru kemudian bertahan untuk mempertahankan markas UNAMID di El Fasher dan selanjutnya bila memang situasi sudah chaos maka FPU Indonesia akan dievakuasi paling akhir bersama semua kekuatan militer UNAMID yang ada.

Di tempat terpisah, berlokasi antara IDP Camp Abou Shouk & El Salam akan didirikan pos sebagai tempat CPC (Community Policing Center) bagi para Police Adviser dan FPU Indonesia. Sebetulnya rencana pembangunan pos CPC ini sudah lama direncanakan, namun ketika UNAMID meletakkan bahan-bahan bangunan berupa wire fence (pagar kawat berduri) dan beberapa patok, ternyata dikomplain oleh masyarakat lokal yang mengaku sebagai pemilik tanah dan merasa tidak pernah diajak bicara oleh UNAMID membahas masalah ini. Akhirnya hal ini dapat diatasi setelah diadakan dialog dengan masyarakat lokal termasuk melalui para Umda (Tokoh Masyarakat). Sejak minggu lalu tepatnya Sabtu, 10 Januari 2009, semua peralatan mulai dibawa kembali ke lokasi pembanguna pos CPC dan selanjutnya untuk menjaga agar proses pembangunan berjalan lancar maka atas perintah Commisioner, FPU Indonesia bertugas untuk menjaga lokasi pembangunan pos CPC siang malam selama 24 jam. Maka, sejak malam itulah FPU Indonesia aktif melakukan penjagaan di lokasi pembangunan pos CPC selama 24 jam non stop. Untuk mengetahui apakah pengerjaan pos CPC ini telah berjalan dengan baik, maka Commisioner pun melakukan pemeriksaan langsung ke lokasi dengan pengawalan dari FPU Indonesia. Sesampainya di lokasi, Commisioner langsung turun tangan ikut kerja bhakti memasang pagar kawat berduri (wire fence) bersama dengan anggota Police Adviser dan diawasi oleh pasukan FPU Indonesia.
Tanggapan masyarakat lokal terhadap kehadiran FPU Indonesia sangat bagus sekali, hal ini dapat dilihat dari sambutan hangat mereka kepada semua anggota FPU Indonesia saat berpatroli di daerah IDP Camp. Namun, inipun tidak bisa serta merta menjadi barometer mutlak yang menjadi acuan sehingga menimbulkan kelengahan serta kekurang waspadaan terhadap semua ancaman yang timbul. Anak-anak yang tinggal di IDP Camp sudah sangat akrab dengan anggota FPU Indonesia, sehingga mereka tidak merasa takut lagi dengan kehadiran orang asing, apalagi pasukan asing. Untungnya, beberapa diantara anggota FPU Indonesia ada yang fasih berbahasa arab, sehingga hal ini lebih memudahkan komunikasi dengan masyarakat lokal. Pengalaman pribadi saya, ketika saya belanja di pasar lokal dengan menggunakan bahasa arab yang telah saya kuasai, akhirnya bisa memperoleh diskon lebih murah lagi dan akhirnya menjadi kenal akrab dengan beberapa pedagang di pasar. Inilah salah satu bentuk community policing yang bisa kita lakukan di daerah misi seperti El Fasher Darfur Sudan. Hal ini saya lakukan mengacu pada pengalaman saya sebelumnya ketika bertugas di IPTF UNMIBH Bosnia. Ya, dengan penguasaan bahasa Bosnia yang cukup, akhirnya juga bisa mendapatkan banyak teman dan memperoleh diskon saat belanja di pasar lokal, disamping banyak keuntungan lainnya.

Sekian,
Salam dari EFA
Garuda 6 out......

Komentar

Anonim mengatakan…
Bang, kok gak pernah posting info lagi ? Up to date dong bang, biar aku dapat info yg akurat sebagai referensi kerja ntar ? Everything is ok bang, good luck ?!( Ambarita)

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya