INDONESIAN FORMED POLICE UNIT (FPU) 1st in action in El Fasher Darfur Sudan

Pada hari Kamis 9 Oktober 2008, bertempat di lapangan Mako Korbrimob Polri Cimanggis Depok Jabar, telah berlangsung acara serah terima jabatan Kapolri (lama) Jendral Polisi Drs. Sutanto kepada Kapolri (baru) Jendral Polisi Drs. H. Bambang Hendarso Danuri. Setelah acara serah terima Kapolri selesai, pada hari & tanggal yang sama, tepat pukul 13.00 wib. diadakan upacara pemberangkatan dan pelepasan Kontingen Garuda Bhayangkara Polri I tahun 2008 untuk misi perdamaian PBB di Darfur Sudan. Kontingen ini merupakan pionir dalam penugasan ke Darfur Sudan yang tergabung dalam misi UNAMID (United Nations African Mission in Darfur) dalam bentuk pasukan dengan kekuatan 1 (satu) satuan setingkat kompi dengan jumlah anggota sebanyak 140 personil, terdiri dari pasukan taktis 104 orang (dari Korbrimob Polri) dan pasukan pendukung (support team) sebanyak 36 personil Polri dari berbagai fungsi. Penugasan Pasukan Polri ke Darfur Sudan merupakan wujud peran serta aktif Polri dalam mengemban tugas yang diamanahkan oleh konstitusi kita UUD 1945 dalam preambule alenia IV yaitu ikut serta menjaga perdamaian dunia.
Peran serta Polri secara aktif dalam mengemban misi perdamaian dunia sudah lama dilaksanakan, mulai misi PBB di Namibia Afrika, Kamboja, Croasia, Bosnia Hercegovina, Afganistan, Haiti dan Darfur Sudan, namun semua misi tersebut dalam bentuk individual task (Police Monitor/Adviser) dan baru kali ini Polri mengirim pasukan satuan setingkat kompi ke Darfur Sudan dengan nama Formed Police Unit (FPU) atau satuan tugas Polisi berseragam. FPU merupakan bentuk baru dalam penugasan misi PBB yang melibatan Polisi dari berbagai negara dan Polri merupakan salah satu pionir dalam penugasan ini bersama negara Bangladesh, Nepal, Pakistan, India. Pada hari Sabtu, 11 Oktober 2008 tepat pukul 20.30 wib. saya bersama seluruh anggota kontingen FPU Indonesia diberangkatkan menuju El Fasher Darfur Sudan dari Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta dengan menggunakan penerbangan komersil (chartered flight) VIN Airlines berasal dari Rusia. Penerbangan ditempuh selama 21 jam dengan transit di Karachi Pakistan, namun ketika transit di Karachi selama 2 jam, seluruh penumpang tidak diperkenankan meninggalkan pesawat. Pada hari Minggu, 12 Oktober 2008 sekitar jam 09.30 waktu setempat (El Fasher) atau sekitar jam 13.30 wib. pesawat mendarat dengan selamat di International Airport El Fasher Darfur Sudan. Kedatangan rombongan FPU Indonesia disambut hangat oleh pejabat UNAMID, FPU Coordinator dan Advance Team FPU Indonesia.


Darfur merupakan bagian dari negara Sudan, wilayah Darfur sendiri memiliki 3 (tiga) sector yaitu: El Fasher (sector north), Nyala (sector south) dan El Geneina (sector west), El Fasher merupakan ibukota wilayah Darfur sector north. Kota ini secara geografis merupakan daerah pegunungan dan gurun pasir yang memiliki musim sebagai berikut: Juli – Oktober musim panas (kemarau), Nopember – Maret Musim dingin, April – Juni musim hujan. Suhu rata-rata di siang hari antara 40º- 50º sedangkan di malam dan pagi hari antara 5º - 15º. Udara terasa dingin sekali menjelang pagi antara jam 03.00 – 07.00 dan akan terasa panas sekali pada siang hari antara jam 13.00 – 15.00. Pada musim kemarau kondisi cuaca berangin dan banyak terjadi badai gurun, sedangkan pada musim hujan sering terjadi banjir, karena kondisi tanahnya yang berpasir namun tidak dapat menyerap air dengan cepat. Tugas sebagai FPU di kota El Fasher merupakan tugas yang berat dan penuh tantangan. Harapan masyarakat El Fasher akan keberadaan FPU Indonesia sangat besar sekali. Hal ini patut dimaklumi, karena masyarakat lokal selama ini telah dicekam rasa ketakutan, kekhawatiran, dan rasa tidak aman dalam kehidupan sehari-hari karena konflik yang berkepanjangan. Akibat konflik ini, banyak sekali penduduk lokal yang menjadi pengungsi dan sekarang mereka memilih tinggal di kam-kam pengungsian (IDP(Internal Displaced Persons) Camp). Salah satu tugas berat FPU adalah menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan IDP Camp yang berjumlah sekitar 125 IDP Camp dengan total pengungsi sekitar 2(dua) juta orang, namun saat ini konsentrasi utama terbagi di 3(tiga) wilayah IDP Camp yang paling besar yaitu: Abu Shouk, El Salam dan Zam-Zam. Pertama kali tiba di El Fasher, kontingen FPU Indonesia ditampung di Transit Camp dalam suatu komplek Super Camp. Untuk saat ini di dalam Super Camp hanya dihuni oleh Batalyon Rwanda (Rwanda Armed Forces) dan FPU Indonesia. Super Camp merupakan tempat yang dirancang oleh UNAMID sebagai pusat markas UNAMID yang akan ditempati oleh seluruh staf dan pasukan UNAMID. Transit Camp yang ditempati FPU Indo-nesia berbentuk tenda permanen dengan kerangka baja berukuran 10m x 20m (tenda besar) dan berukuran 8m x 10m (tenda kecil) dan dilengkapi dengan 5 (lima) buah MCK dari container serta dining hall. Selama minggu pertama, seluruh anggota FPU Indonesia hanya bertahan hidup dengan menu makanan MTP (Makanan Tambahan Polri) dan beberapa ma-kanan yang dibawa dari Indonesia, jangan tanya soal rasa MTP, bisa dibayangkan aja kalo tiap hari harus bakar-bakar MTP dengan menggunakan paraffin, pasti lama-lama pusing mencium bau parafinnya, tapi Alhamdulillah pada minggu kedua dapat jatah makanan dari UNAMID berupa makanan segar seperti beras, daging, ayam, roti, jus, susu, dll.
Mengurusi orang banyak tidak semudah membalikkan tangan, apalagi yang diurusi soal perut, jadi butuh kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan tugas sebagai Perwira Seksi Logistik (Logistic Officer). Pekerjaan di bidang logistik merupakan pengalaman baru, karena itu harus dijalani dengan kesabaran dan ketelitian. Kesalahan sedikit saja bisa berakibat dapat caci maki dari seluruh anggota pasukan. Ada pepatah mengatakan, logistik itu tidak pernah tampil di garis depan dalam pertempuran, tapi tanpa logistik yang baik keberhasilan pasukan di medan tempur tidak akan tercapai. Artinya walaupun logistik itu hanya berperan di balik layar, tapi sangat besar sekali perannya dalam mendukung keberhasilan tugas pasukan di medan tempur. Ada lagi yang mengistilahkan logistik dengan kata logis dan cantik, artinya semua keperluan logistik harus dihitung secara logis dan harus dimainkan secara cantik, sehingga semua orang bisa tersenyum melihat pelayanan dari logistik.
Hari pertama kerja di dapur umum rasanya seperti masuk kerangkeng (penjara), karena sejak pagi jam 04.00 sudah harus mulai pekerjaan cuci beras, sayur, bawang, dll. Setelah itu harus segera dinanak nasinya, dimasak sayur mayurnya dan diolah bumbunya, dan baru bisa istirahat setelah jam 22.00. Jangan tanya tentang rasa, semuanya sudah biasa makan makanan yang rasanya gado-gado, yang penting bagi kami sebagai pasukan adalah bisa makan kenyang dan memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna. Tapi bukan berarti makanan yang kita masak tidak ada rasanya sama sekali, karena semua bumbu sudah ada dan tinggal masukkan sesuai petunjuk di kemasannya, mudah kan? Disamping harus mengendalikan urusan dapur, sebagai Logistic Officer harus mengendalikan semua barang-barang yang dimiliki oleh FPU Indonesia sebagai peralatan dan perlengkapan di daerah operasi antara lain: kendaraan, BBM, peralatan komunikasi, barang-barang kebutuh-an kantor (ATK), peralatan kantor (mesin photo copy, fax, printer, computer, dll), peralatan taktis pasukan seperti senjata, amunisi, alat pengendalian unjuk rasa (riot control) dan yang tidak kalah penting adalah selalu berkoordinasi dengan Logistic / Supply Unit UNAMID Head Quarters. Rupanya pekerjaan yang berkaitan dengan logistik FPU Indonesia ini cukup berat dan perlu kemauan keras untuk menanganinya. Hanya dengan kesadaran bahwa ini adalah tugas negara dan harus menjunjung tinggi merah putih di pundak kita, maka tugas urusan logistik ini bisa sedikit terasa ringan. Bayangkan saja, harus urusi makan 140 orang, kemudian perlengkapan sebanyak 26 kontainer, 65 kendaraan, 97 items yang berupa kontainer base camp, semua itu harus ditangani sendiri dengan dibantu beberapa anggota saja.
Saat pertama kali tiba di markas UNAMID, semua orang pada melihat ke kontingen FPU Indonesia, karena baru pertama kali ini ada pasukan Polisi bersenjata yang berseliweran di markas UNAMID. Kesempatan pertama inilah kita gunakan untuk bergerilya, untuk mencari tahu siapa saja yang harus dihubungi sebagai OIC tentang Logistic matters dan apa saja pekerjaan dan bagaimana pekerjaan itu harus dilakukan. Setelah mendapatkan banyak informasi tentang apa job description dari Logistic Officer, maka mulailah kegiatan berupa pendataan barang-barang, terus menginventarisir satu-satu baru kemudian mendistribusikan kepada yang berhak sesuai kebutuhannya. Suatu pekerjaan yang sangat sederhana kelihatannya, namun ternyata lumayan bikin pusing kepala. Satu hal yang menambah kepala pusing adalah base camp yang akan kita tempati, ternyata sampai sekarang juga belum kelar dikerjakan oleh kontraktor dari MCC London. Lokasi base camp yang akan dibangun hanyak berjarak sekitar 200 meter dari lokasi transit camp yang saat ini kita tempati, dan saat ini masih dalam tahap perataan tanahnya supaya bisa segera dibangun base campnya.
Base camp ini merupakan tempat tinggal sekaligus kantor bagi FPU Indonesia. Semua kegiatan operasional sehari-hari akan dikerjakan di lingkungan base camp ini, oleh sebab itu keberadaan base camp ini sangat ditunggu, supaya kegiatan operasional FPU Indonesia bisa berjalan dengan lancar. Base camp ini dikerjakan oleh kontraktor rekanan Mabes Polri MCC London dan bekerjasama dengan kontraktor lokal di Darfur. Pada saat FPU Indonesia datang, ternyata lahan yang disediakan untuk base camp masih berupa hamparan tanah pasir yang luasnya sekitar 6 km² yang hanya ditumbuhi rumput-rumput liar saja.
Pada minggu ke-3 sejak kehadiran FPU Indonesia, kegiatan patroli ke IDP Camp sudah mulai berjalan. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai permintaan Police Commissioner UNAMID agar FPU Indonesia bisa segera melaksanakan tugasnya sesuai harapan masyarakat di Darfur khususnya dalam bidang pemulihan keamanan dan ketertiban di daerah-daerah rawan konflik. Namun kegiatan ini sedikit ada hambatan, karena belum semua peralatan dan perlengkapan operasional FPU Indonesia berada di base camp El Fasher. Beberapa container dan kendaraan masih berada di Port Sudan dan El Obied diantaranya 3 (tiga) container yang berisi amunisi dan peralatan komunikasi serta 6 (enam) buah mobil Toyota Land Cruiser anti peluru masih di Port Sudan serta beberapa kendaraan truck, APC dan forklift masih di El Obied. Semua barang-barang FPU Indonesia ini telah dikirim ke Sudan sejak 10 April 2008 dan sampai sekarang belum sampai semua. Bisa dibayangkan betapa susahnya mengirim barang-barang perlengkapan untuk operasi di daerah konflik di negara orang, belum lagi proses pengurusan clearance di port sudan yang bertele-tele.
Pada hari Selasa 4 November 2008, FPU Indonesia kedatangan tim inspeksi dari COESPU Italy terdiri dari 2 (dua) orang Polisi Italy (Carabineri) yaitu Chief Warrant Officer Alberto dan Warrant Officer Miguel untuk mengecek peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh FPU Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban FPU Indonesia kepada UNDPKO New York apakah semua peralatan dan perlengkapan yang dibawa telah sesuai dengan apa yang ada dalam MoU antara Indonesia dengan UNDPKO New York. Setelah pengecekan selesai, selanjutnya acara dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan pasukan FPU Indonesia di dining hall base camp FPU Indonesia. Acara makan siang berjalan dengan santai dan penuh keakraban. Pengecekan selanjutnya akan dilakukan setelah Komandan Kontingen FPU Indonesia kembali dari El Obied. Pada hari Jum’at 7 November 2008, rombongan team driver yang mengambil kendaraan dari El Obied telah tiba kembali dengan selamat di Super Camp El Fasher. Rombongan terdiri dari 21 orang anggota FPU Indonesia yang dipimpim oleh Komandan Kontingen FPU Indonesia sendiri AKBP Drs. Johni Asadoma, M.Hum telah melakukan perjalanan panjang menempuh padang gurun yang tandus selama 4 hari dari El Obied menuju El Fasher. Jarak yang ditempuh kurang lebih sekitar 600 km, namun karena medan yang dilalui cukup berat dan perjalanan di malam hari tidak diijinkan oleh UN, maka jarak 600 km bisa ditempuh dengan waktu 4 hari. Rencana konvoi darat dari El Obied ke El Fasher ini diikuti oleh 18 kendaraan yang terdiri dari 8 APC (Armored Personal Carrier) Vigor, 9 Truck KrAZ dan 1 Forklift, namun ternyata hanya 8 APC dan 8 truck KrAZ yang akhirnya sampai di Super Camp El Fasher. 1 Forklift gagal dibawa karena tidak ada alat angkut untuk membawanya ke El Fasher, 4 Truck KrAZ mengalami kerusakan saat akan diberangkatkan konvoi darat.

Sekian,

salam dari El Fasher Darfur Sudan

Hidajat/Yat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya