Travelling ke Port Sudan urusin kontainer DGs & LC

Pada hari Senin 17 November 2008 sekitar jam 18.43 saya bersama MTO (Iptu Sony Setyo W) diperintahkan berangkat ke Port Sudan untuk mengecek 3 kontainer Dangerous Goods dan 6 mobil Toyota Land Cruiser yang masih berada di gudang MovCon UNMIS Port Sudan. 3 (tiga) kontainer DGs ini terdiri dari 2 kontainer amunisi dan 1 kontainer alat komunikasi. Sebelumnya saya dan IPTU Sony sempat khawatir kalo batal berangkat, soalnya sejak awal rencana check-in jam 12.00 jadi mundur jam 14.00, terus setibanya di bandara El Fasher ternyata kami harus tunggu pesawat datang lebih dulu sampai sekitar jam 17.00 sampai akhirnya kami bertemu rombongan pak AKBP Reinhard Hutagaol, AKP Tuhana dan AKP Achmad Nurdin yang akan berangkat cuti ke Indonesia di ruang tunggu bandara El Fasher. Kondisi bandara El Fasher hampir mirip dengan bandara Binaka di Nias, tapi masih lebih baik di Nias kondisinya.
Akhirnya kami berdua diantar dengan mobil oleh petugas MovCon ke dalam bandara dan betapa terkejutnya kami berdua begitu melihat sesosok pesawat kargo yang besar sekali tepat berada di depan kami ketika kami diturunkan. Dalam hati kami bertanya, mungkinkan kami akan berangkat dengan menggunakan pesawat kargo sebesar ini? Tak lama kemudian kami bertemu dengan petugas dari MovCon UNAMID Mr. Rocky dari Australia. Setelah saya tanyakan ke dia, ternyata memang betul bahwa kami berdua akan diangkut ke Port Sudan dengan pesawat kargo ini, tapi kami harus tunggu dulu sampai selesai menurunkan kontainer dari dalam pesawat. Penerbangan dari El Fasher ke Port Sudan ditempuh dalam waktu 2 jam 15 menit dengan menggunakan pesawat kargo ILLUSHIN yang diawaki oleh 6 orang kru berkebangsaan Ukraina. Pesawat ini adalah pesawat buatan Rusia, namun sudah dibeli oleh pengusaha Sudan dan digunakan sebagai pesawat kargo dengan nama “BADR” artinya “Terang Bulan”.

Inilah pengalaman pertama kali terbang dengan menggunakan pesawat kargo, jadi jangan dibayangkan tentang nikmatnya perjalanan udaranya seperti kalau kita naik pesawat komersial. Tempat duduk yang diberikan cukup sebuah kursi spon saja dan kursi plastik yang biasa dipakai di acara santai keluarga, jadi jangan tanya pula tentang seat belt-nya apalagi tentang pramugari yang cantik-cantik. Tapi saya beruntung, karena akhirnya saya bisa duduk dekat dengan navigatornya EDWARD di hidung pesawat yang bawah. EDWARD adalah mantan Mayor Udara di Angkatan Udara Ukraina, namun dia mengajukan pensiun dini dan kemudian bergabung dengan perusahaan penerbangan asing sebagai navigator pesawat kargo. Pesawat kargo ILLUSHIN ini mampu mengangkut beban muatan sebesar 50 ton, dengan ketinggian jelajah antara 9000m – 10000m dan kecepatan antara 750 – 850km/jam. Dari hidung pesawat ILLUSHIN inilah saya dapat melihat dengan jelas pemandangan kota El Obied dan Khartoum di malam hari, walaupun yang terlihat hanya gemerlap lampu di malam hari.

Kami mendarat di Port Sudan International Airport tepat pukul 20.58 dan lansung dijemput oleh staf PDL Toll bernama Mr. Ben Vesser seorang warga negara South Africa yang sudah 6 (enam) bulan bekerja di PDL Toll Port Sudan. Namun kami tidak langsung diantar ke hotel, karena dia harus mengurusi dulu 3 kontainer milik FPU Bangladesh yang akan diangkut ke Nyala dengan pesawat ILLUSHIN tersebut dan akhirnya terpaksa harus menunggu sampai pukul 23.10 di bawah pesawat ILLUSHIN. Ternyata kru pesawat ILLUSHIN menolak untuk loading 3 kontainer tersebut ke dalam pesawat malam itu juga, sehingga akhirnya kita langsung diantar oleh Ben ke Baasher Palace Hotel di kota Port Sudan. Setibanya di hotel kami mendapat masalah dengan resepsionis hotel, ketika kami check-in dia mengatakan tidak ada booking room atas nama kami berdua, hingga akhirnya kami harus menghubungi contact person kami yaitu Pak Julio Soares Canizio dan memintanya untuk bicara langsung dengan manager hotel. Akhirnya kami berdua malam itu juga sekitar pukul 23.50 dapat kamar sebagai tempat istirahat. Pak Julio yang menjadi contact person kami adalah orang Timor Leste, dia mantan tentara Fretilin dan setelah Timor Leste merdeka dia bergabung dengan UNV (United Nations Volunteer) sejak tahun 2007. Kami beruntung, ternyata contact person kami bisa berbahasa Indonesia, sehingga segalanya bisa disampaikan dengan mudah, walaupun sebenarnya kamipun mampu berbahasa inggris namun terasa enak sekali bila bisa komunikasi pakai bahasa sendiri di negeri orang.

Esok paginya sekitar jam 09.00 kami dijemput di hotel oleh drivernya Pak Julio, namun teman saya IPTU Sony mengira bahwa driver tersebut adalah Pak Julio sendiri, sehingga begitu ketemu dia langsung menyapa pakai bahasa Indonesia dan akhirnya membuat driver tersebut bingung sendiri karena dia ternyata orang lokal Sudan yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Si driver sempat bilang, “no…no…speak English please….I am not Julio that speaks the same language with you ”, namun hal ini tidak disadari oleh IPTU Sony, akhirnya untuk mencairkan suasana saya langsung ucapkan salam “Assalamu’alaikum shodiq, kaifal hal? Tamam?” dan dia langsung jawab “Alhamdulillah Tama” dan akhirnya saya lanjutkan percakapan dalam bahasa Inggris dengan dia. Setelah itulah IPTU Sony baru sadar bahwa driver tersebut bukan Pak Julio yang semalam ditilpunnya, inilah akibatnya kalau kenal orang hanya lewat suara tilpun dan tidak pernah tahu rupanya. Selama dalam perjalanan ke kantor MovCon UNMIS Port Sudan saya mencoba mengasah kemampuan bahasa Arab yang pernah saya pelajari dan Alhamdulillah ternyata saya dengan dia bisa nyambung komunikasinya. Rupanya dia sangat senang sekali karena saya bisa berbahasa Arab walaupun tidak mahir betul tapi dia selalu bilang “ghois…ghois” artinya bagus…bagus.

Setibanya di gudang MovCon kami langsung diterima oleh Pak Julio, dan selanjutnya dia menyerahkan kunci mobil dan dokumen kendaraan 6 (enam) Toyota Land Cruiser kepada kami berdua. Kegiatan selanjutnya adalah pengecekan 6 (enam) buah kendaraan Toyota Land Cruiser, dengan didampingi Mr. Ben Vesser, kami berdua mengecek satu per satu semua kendaraan Toyota Land Cruiser mulai dari body, bbm, nomer mesin, nomer rangka, kunci kendaraan dan selanjutnya menempelkan identitas nomor kendaraan dari UNAMID di setiap kaca depannya. Setelah selesai pengecekan, akhirnya ditetapkan 3 (tiga) buah Toyota Land Cruiser dengan nomer UNAMID 24026, 24027 dan 24028 untuk diangkut terlebih dahulu dengan pesawat kargo ILLUSHIN. Sekitar pukul 15.30 saya dan IPTU Sony dengan dipandu oleh Mr. Ben Vesser meluncurkan 2 (dua) buah Toyota Land Cruiser dengan berkonvoi ke bandara Port Sudan dan selanjutnya pada malam harinya sekitar pukul 19.30 diluncurkan 1 (satu) buah Toyota Land Cruiser lagi ke bandara Port Sudan. Tepat pukul 20.50 3 (tiga) kendaraan Toyota Land Cruiser sudah berhasil dimasukkan ke dalam pesawat kargo ILLUSHIN untuk diterbangkan ke El Fasher pada esok harinya. Selama konvoi sampai loading ke dalam pesawat, kendaraan tersebut hanya boleh disetir oleh kami berdua, sehingga kami berdua bisa merasakan perjalanan darat dari kota Port Sudan sampai bandara Port Sudan sejauh 33 km. Satu jam sebelumnya teman kami dari FPU Indonesia Briptu Yehesben (Bento) ditemani dengan Kapten Mohammad dari Mesir (ahli jihandak) telah mendarat di bandara Port Sudan dengan pesawat ILLUSHIN yang baru tiba dari El Fasher. Namun kedua teman kami ini langsung dijemput oleh Pak Julio dan diantar langsung ke hotel Baasher Palace dimana kami juga menginap disana.
Keesokan harinya, Rabu 19 Nopember 2008 jam 09.00 kami berempat dijemput oleh Mr. Ben Vesser di hotel dan diantar ke gudang MovCon UNMIS untuk melakukan pengecekan kontainer dangerous goods bersama Kapten Mohammad. Selama proses pengecekan ditemukan bahwa detonator granat tajam dikemas jadi satu dengan granat tajamnya. Atas rekomendasi Kapten Mohammad, akhirnya kami bertiga (saya, IPTU Sony dan Briptu Bento) harus membongkar 45 kotak granat tajam untuk memisahkan antara detonator dengan granatnya, untuk mengantisipasi bahaya selama dalam proses pengangkutan ke El Fasher dengan pesawat kargo ILLUSHIN nantinya. Proses pembongkaran berlangsung sampai dengan pukul 12.30 dan selanjutnya kami beristirahat kembali ke hotel untuk makan siang. Selesai makan siang, kami langsung istirahat di kamar hotel dan sekitar pukul 15.30 kami keliling kota Port Sudan dengan jalan kaki untuk mencari gallery Zain. Zain adalah nama salah satu provider modem internet yang bisa dipakai akses internet di Sudan. Sebelum kami berangkat ke Port Sudan, kami banyak mendapat pesanan dari teman-teman FPU Indonesia di El Fasher untuk mencarikan modem Zain untuk akses internet di base camp El fasher. Harap dimaklumi, akses internet di tempat kami (Super Camp) sama sekali tidak ada, sehingga beberapa diantara anggota FPU Indonesia ada yang berusaha sendiri untuk mengakses internet dengan membeli sendiri modem internet. Zain merupakan pilihan yang paling banyak diminati karena aksesnya konstan walaupun agak lambat, disamping itu ada modem dari produk lainnya seperti Sudani, MTN dsb. Namun sayang, setelah kami menemukan gallery Zain, ternyata sudah tutup sejak pukul 16.00, padahal kami baru bisa menemukan tempatnya sekitar jam 16.28. Ya memang bukan rejeki kami sore hari itu, sehingga harus menunggu esok paginya untuk membelikan pesanan teman-teman di barak Super Camp.
Alhamdulillah pada hari Minggu saya bisa membelikan pesanan teman-teman di barak untuk mencarikan moden Zain supaya bisa akses internet di barak. Dan akhirnya 10 (sepuluh) buah modem bisa saya dapatkan dengan harga 350 SDG atau Rp 1150000 per buah. Pada hari yang sama, kami melanjutkan berbelanja kebutuhan onderdil kendaraan, dan alamaaaaakkkkkk.....
belanja dikit aja habis 2500 SDG atau hampir 13juta-an.
Memang biaya hidup di Port Sudan sini mahal sekali, makan di restauran aja sekali makan 50 SDG atau 250ribu rupiah, wah makanya kalau mau makan apa-apa terus ingat berapa krus dalam rupiahnya, pasti mau muntah aja, soale makanan segitu aja kalau di Indonesia 30 ribu sudah puas, ealaaahhhh.....di Port Sudan harganya selangit. Tapi disini banyak produk indofood yang dijual spt kecap, saos sambal, dll. Sebagai perbandingan, 1 botol kecap indofood kecil ukuran 200ml harganya 10 SDG atau 55ribu rupiah, padahal di Indonesia harga paling banter 3 ribu. Memang edan tenan harga di sini di Port Sudan......
Sekian dan Trimakasih
Salam dari Port Sudan
Hidajat/Yat'90

Komentar

dp.ambarita.blogspot mengatakan…
Bang, ngapain abang nunggu di bawah pesawat ? Abang merajuk ya minta beliin permen gak dikasi ?
Anonim mengatakan…
horas.....
selamat ya dah tiba dan bertugas di Darfur....
kami berharap Mas Dayat dan rekan-rekan sehat selalu dalam tugas
teriring salam dan doa dari saya akp b. simorangkir, dan sekedar info saya ditempatkan di Polda Jabar. kalo ada waktu tlg hub saya, via e-Mail, atau HP PBB alias gratis.
samapai jumpa di Indonesia.......

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya