Jalan-jalan ke Khartoum & Omdurman

Khartoum adalah ibukota Sudan dan letaknya sangat strategis karena di lewati sungai Nil yang sekaligus membelah kota ini menjadi dua bagian. Khartoum nampak sangat subur sekali, disana-sini kelihatan tanaman tumbuh menghijau. Sekitar sungai Nil terdapat banyak pertanian yang subur seperti sayur-sayuran, gandum, terong, dll.
Kalau kita lihat kondisi Khartoum, seolah gak percaya kalo ini adalah negara Sudan yang banyak gurun pasirnya. Susunan tata kota Khartoum hampir sama dengan negara-negara Eropa dan negara Arab lainnya yaitu: merupakan bangunan apartemen yang terbagi dalam blok-blok dan juga rumah-rumahnya terbagi dalam blok-blok. Bila dibandingkan dengan Jakarta, kota Khartoum lebih mudah untuk dihapalkan jalan-jalannya. Salah satu ciri khas kota-kota di jazirah arab adalah banyaknya mobil yang bercat putih, sehingga kalau parkir mobil di tempat keramaian dan tidak hapal no. kendaraannya bisa jadi akan keliru.
Selama hampir seminggu jalan-jalan di Khartoum, saya telah banyak berkenalan dengan beberapa mahasiswa/mahasiswi Indonesia yang sedang belajar di beberapa Universitas yang ada di Khartoum. Kebanyakan mereka dari kalangan pesantren di Jawa yang telah mendapatkan bea siswa pendidikan dari Pemerintah Sudan melalui Departement Agama RI. Diantara mereka sudah ada yang menyandang gelar Doktor di bidang ilmu pendidikan agama Islam dan kebanyakan mereka enggan untuk pulang sebelum meraih Doktor sekalian. Disini saya sempat berkenalan dengan seorang Doktor, yang kemudian mengenalkan dirinya dengan sebutan Doktor Hebat. Awalnya saya juga gak percaya kalau orang ini sudah menyandang gelar Doktor di bidang Ilmu Agama Islam. Dia adalah Dr. KH. Moh. Badrus Salam, asalnya dari Brebes Jateng. Si Doktor Hebat ini memang hebat betul, karena masih kecil tapi udah Doktor, maksudnya orangnya kecil, tapi otaknya itu lho kok encer banget ya.....
Kalau gitu, belum tentu orang pendek itu mesti gak cerdas atau sebaliknya orang yang tinggi itu mesti cerdas. Tapi kenapa ya kalau masuk TNI/Polri atau PNS selalu mensyaratkan tinggi minimal 160cm dll. Ah, mbuh lah....pikiren dewe ae......
Aku sempat menikmati pemandangan kota Khartoum dengan leluasa. Saat itu aku bersama kawan-kawan mahasiswa dan juga si Doktor Hebat ini lagi jalan-jalan keliling kota dengan pakai mobil si Doktor Hebat. Dan kesempatan ini saya gunakan untuk mencoba nyetir dewe mobil-e si Doktor Hebat, biar aku paham betul liku-liku jalanan di Khartoum. Saat ini ada lima orang dalam mobil yang saya setir, yaitu Mas Fidel temenku, Dr. Hebat Badrus Salam, Mirwan dari Mojokerto (tonggo dewe ini), Naf'an dari Babad Lamongan (tonggo agak jauh ini...) dan saya sendiri. Kondisi lalu lintas di Khartoum sebetulnya tidak seramai Jakarta, namun saat itu kami berlima keluar jalan-jalan pas saatnya menjelang makan siang.
Dan, waduh........rupanya Khartoum ada juga "macet" seperti Jakarta. Aduuuhhhh......! Minta ampun deh, udah macet, suhunya panas buanget....! Cape.....deh! Memang saat ini suhu sudah mulai memanas dan bila puncaknya musim panas tiba, suhunya bisa sampe 50 derajat. Wow......gak kebayang deh....pusingnya kepala ini.....
Setelah pusing-pusing kota Khartoum selesai, akhirnya kami mencari tempat yang cocok untuk makan siang. Dan akhirnya kita temukan sebuah tempat makan siang dekat dengan kampus rekan-rekan mahasiswa ini yang lumayan murah meriah. Kami memesan menu khas kesukaan kami yaitu daging kambing barbeque sama nasi dicampur sop kikil kambing termasuk lalapan-e (salad). Maklum, namanya wong Indonesia, walaupun sudah makan kenyang, tapi kalau belum makan nasi, namanya belum makan. Jadi, kamipun semua makan harus pakai nasi. He..3X dasar wong jowo......
Setelah selesai, aku panggil waitress-nya seorang cewek asli Sudan (wong ketok ireng banget) tak suruh ngitung berapa semuanya, dan ternyata cuma habis 76 SDG (sudan pond) setara dengan 400 ribu rupiah. Uik....! kok mahal buanget...! Panganane koyok opo ae iku? Ssstttt..... jangan tanya macem-macem kalau udah dimakan, apalagi kalau mikir berapa kurs rupiahnya? Wis...pasti gak bakalan jadi makan, opo mau mati kaliren (kelaparan)....he..he..he....
Esok harinya, saya dan mas Fidel mengajak seorang rekan mahasiswa, Taufik namanya, asalnya Salatiga Jateng untuk jalan-jalan ke kota lama yang bernama Omdurman. Kota ini bekas ibukota Sudan dimasa lalu sebelum Khartoum. Jadi kota ini seolah kembarannya Khartoum dan sampai sekarangpun masih aktif sebagai kota perdagangan, pariwisata dan industri. Kami berlima pergi ke Omdurman dengan mencarter mobil sekelas suzuki carry yang berisi 6 tempat duduk. Perjalanan ditempuh sekitar 20 menit dari Indonesian House di wilayah Riyadh Khartoum kota dekat bandara, dan selanjutnya dengan menyusuri jalanan di kota Khartoum ke arah barat menyeberangi jembatan di sungai Nil, maka sampailah kita di kota Omdurman.
Omdurman (dalam bahasa arab Umm Durmān أم درمان) adalah kota terbesar di Sudan disamping Khartoum, terletak di sebelah barat ibukota Sudan, Khartoum. Omdurman memiliki populasi lebih dari 3 juta jiwa (2007) dan sebagai kota terbesar di Sudan yang sekaligus sebagai pusat perdagangan. Bersama-sama dengan Khartoum dan Khartoum Utara (Bahri), Omdurman menjadi pusat kebudayaan dan industri bagi seluruh rakyat Sudan. Kota ini sangat teratur tata kotanya, hal ini bisa dilihat dari sistem jalan dan bangunan yang sudah terpetakan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk wilayah yang berada dalam jantung kota, kondisinya sudah sangat baik terutama gedung-gedung pemerintahan, universitas, sekolah dan beberapa hotel berbintang. Sedangkan untuk wilayah pinggiran, suasananya hampir mirip dengan daerah pinggiran di Jakarta, terkesan semrawut, kumuh dan tidak teratur, terutama daerah yang ada pasar tradisionalnya selalu padat dengan lalu lalang orang banyak, demikian juga dengan lalu lalangnya kendaraan, sehingga kesan semrawut sangat terasa.
Kalo di Jakarta ada pasar Tanah Abang, maka di Omdurman inilah pasar Tanah Abangnya Khartoum. Di pasar tradisional sini banyak sekali tersedia barang-barang kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, minuman, pakaian, elektronik dan yang tidak kalah menariknya adalah toko souvenir sebagai oleh-oleh untuk orang terdekat kita.
Begitu sampai di Omdurman, kami langsung jalan-jalan ke pasar lokal yang menjual aneka souvenir buatan orang Sudan. Kebayakan souvenirnya berupa patung hewan dari kayu ataupun karya lukisan dan juga berupa hewan buaya yang diawetkan. Disini banyak dijumpai kerajinan lukisan pada kertas tua dari kulit kayu buatan Mesir (papyrus) yang berisi gambar-gambar yang menceritakan tentang kisah jaman Fir'aun dan kejayaan jaman Piramid dulu. Harganya relatif murah, sekitar 3 SDG (pond Sudan) per lembar dengan ukuran 40cm x 90 cm. Disamping itu banyak juga kerajinan tasbih yang terbuat dari kayu koka, menurut keyakinan warga setempat, kayu koka adalah kayu yang pernah digunakan oleh Nabi Nuh untuk membuat perahu, dan juga digunakan Nabi Musa sebagai tongkatnya untuk membelah laut merah, wallohua'lam.
Setelah capek keliling pasar lokal, kami memutuskan untuk kembali ke Khartoum, namun sebelumnya kami istirahat untuk makan malam dengan menu ikan goreng khas dari sungai Nil. Wow......hhmmmmm rasanya enak sekali ikan goreng khas sungai Nil ini. Bagi anda yang ingin membuktikan silakan saja mampir di perbatasan antara Khartoum dan Omdurman untuk menyantap ikan segar khas sungai Nil. Di sepanjang jalan ini banyak dijumpai pedagang ikan goreng khas dari sungai Nil.
Satu hal yang menjadi keunikan adalah bahwa banyak masyarakat kaum pedagang disini yang memeluk agama Kristen Koptik, dan sudah barang tentu setiap hari mereka menulis dan berbicara dengan bahasa arab, jadi susah membedakan antara muslim dan kristian. Menurut Taufik (mahasiswa) orang-orang Kristen Koptik ini tatacara ibadahnya hampir mirip dengan orang Islam. Mereka diyakini adalah orang-orang kelompok hawariyun sebagai penerus ajaran Nabi Isa yang masih asli. Mereka juga berpakaian layaknya orang arab, pakai baju ghomis bagi laki-laki dan jilbab/jubah bagi perempuannya. Wallohu a'lam.
Sekian
Salam dari Khartoum & Omdurman
Garuda 06 out....

Komentar

Unknown mengatakan…
yat, aku bengkong. yuk golek iwak bethek neng kali, piye kabarmu. aku pingin wong negro hua ha ha.... My blogger www.fiantiqasasongko.blogspot.com
Anonim mengatakan…
Bang, kirim salam buat cewek cantik itu ya bang ?
(ambarita)
hsoegiharto70 mengatakan…
Hi, bengkong piye kabare cah bagus...
Wah lama sekali gak ketemu awakmu...
akeh disini cewek itemnya....
tak tunggu di Darfur....
hsoegiharto70 mengatakan…
Lai, ya nanti tak sampaikan salamnya pada cewek cantik itu yaa...
mbuh sing ndi maksudnya....
yg item apa yg agak putih manis...
Anonim mengatakan…
Asik juga perjalanan anda , sayang kita gak bisa bertemu di sana , tahun lalu aku tinggal di omdurman , deket2 nil juga , wah si doktor hebat itu memang hebat ...ki badrus ..kalau liburan saya juga ke khartoum..nginep di rumah bapak2 tni dengan mas toufik..hehehe ( gratisan ) , ya pak makan di sana mahal2 sekali , aku juga sering makan di depan kampus itu...kendaraan yang di sewa itu namaya hamjat..kalau saya dari afra ke omdurman..10 pounds sudan..

salam..
hsoegiharto70 mengatakan…
Anonim,
Terimakasih telah mampir ke blog saya, maaf baru merespon skrg, sejak adanya kontingen garuda TNI/Polri di Sudan, hubungan kami (TNI/Polri) dgn rekan-rekan mahasiswa Indonesia yang lagi kuliah di Khartoum sangat akrab, maklumlah, sesama perantau biasanya akan merasa saling terobati kangennya dgn tanah air bila sudah kumpul bersama.....
Unknown mengatakan…
Heemmmm saya cuma semalem dikhartoum aja seneng pake buangeeet.diajak salah satu Mahasiswa Indo asli Banten ( Aa Mutlik ) belanja jalan2 nongkrong di atas perahu disungai Nil. Ditemani rekan anggota TNI di Satgas UNAMID 35 D.pada mlm minggu kmren 04/08/2018.terimakasih buat mahasiswa indo mas mutlik,mas gondrong cs..

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya