Suka duka seorang UN Peace Keeper

Menjadi seorang UN Peace Keeper sebenarnya bukanlah cita-cita saya sejak kecil, ini semata-mata karena kewajiban akan tugas saya sebagai seorang anggota Polri, maka perintah untuk melaksanakan tugas di misi perdamaian PBB harus saya laksanakan. Jadi semua ini hanya merupakan faktor kebetulan saja, karena saya dipercaya untuk mengemban tugas ini. Namun, sebelum perintah itu keluar, Mabes Polri akan mengedarkan Surat Telegram tentang rekrutmen anggota Polri untuk ditugaskan dalam misi perdamaian di bawah bendera PBB. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota Polri yang akan direkrut antara lain:
a. Persyaratan administrasi, yaitu ada surat perintah dari Kepala Kesatuan untuk mengikuti seleksi ini.
b. Sehat Jasmani dan Rohani, untuk syarat ini maka semua peserta harus ikuti tes kesehatan dan psikologi.
c. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris dan komputer, untuk syarat ini maka semua peserta harus ikut tes bahasa Inggris di Sekolah Bahasa Polri Jakarta dan nantinya yang dinyatakan lulus kemudian dipersiapkan untuk mengikuti tes dari PBB.
d. Memiliki kemampuan mengemudi, untuk syarat ini maka semua peserta harus mengikuti tes mengemudi di Pusdik Lantas Serpong Tangerang, dan peserta harus memiliki SIM minimal kategori A.
Bagi para peserta seleksi yang sudah dinyatakan lulus oleh Mabes Polri selanjutnya dipersiapkan menghadapi seleksi yang sebenarnya dari Tim Seleksi PBB. Tim ini biasanya terdiri dari anggota dari UN DPKO (United Nations Department Peace Keeping Operations) New York dan anggota dari Training Section UN Mission dimana misi tersebut berlangsung.
Materi yang diujikan antara lain:
Bahasa Inggris :
a. Reading Comprehension
b. Listening
c. Report Writing
d. Interview
Untuk nilai tes bahasa Inggris minimal harus mendapatkan nilai 60 untuk bisa dinyatakan lulus. Soalnya biasanya hanya 10 soal saja, sehingga peserta yang bisa menjawab dengan benar 6 soal saja dijamin pasti lulus. Namun tes ini tidak segampang yang kita bayangkan, karena kebanyakan materi soalnya adalah aplikasi dari situasi dan kondisi dimana UN Mission tersebut berlangsung, sehingga kebanyakan yang lulus ujian bahasa Inggris adalah anggota-anggota yang sudah pernah mengikuti UN Peace Keeping Mission. Ada juga peserta yang bernasib mujur, baru sekali tes sudah bisa lulus. Itu artinya, peserta tersebut memang memiliki kemampuan bahasa Inggris bagus, artinya kemampuan yang bersangkutan sudah diatas rata-rata kemampuan peserta lainnya.
Selanjutnya, setelah dinyatakan lulus tes bahasa Inggris biasanya akan dilanjutkan dengan tes mengemudi. Tes ini biasanya dilaksanakan di Pusdik Lantas Serpong, karena fasilitas kendaraan dan jalannya cukup memadai untuk ujian mengemudi.
Bila dalam tes mengemudi ini berhasil lulus, maka selanjutnya tinggal tunggu kepastian untuk berangkat tugas ke mission areanya. Namun terkadang juga diujikan kemampuan untuk menembak, terutama untuk mission area di wilayah perang saudara seperti Afganistan, Darfur, Liberia, Haiti, dll.
Nah, sekarang kita bicara tentang suka dukanya menjadi seorang UN Peace Keeper. Bila dihitung dalam prosentase angka, mungkin suka dan duka itu nilainya fifty-fifty atau 50%-50%. Artinya, kemungkinan mengalami suka dan duka itu beda-beda tipis lah (beti). Seorang anggota Polri yang sudah terpilih untuk berangkat ke Mission Area akan merasakan enaknya penugasan tersebut. Seperti, kesempatan pergi ke luar negeri secara gratis dan sekaligus dapat gaji tambahan dari PBB. Disamping itu, bila saat cuti tiba, bisa digunakan untuk jalan-jalan ke negara sekitarnya sehingga makin bertambah pengalaman dengan mengunjungi berbagai negara tersebut. Dari sisi pekerjaan, tentunya akan lebih menambah wawasan dalam pekerjaan, karena kita dilatih untuk bekerja secara sistematis dan harus bisa bekerjasama dengan orang lain yang memiliki perbedaan latar belakang suku bangsa, agama, warna kulit, dll. Dari sisi kemampuan berbahasa Inggris, tentu inilah kesempatan emas untuk bisa bercakap-cakap dengan orang asing setiap hari sampai bosan, ibaratnya sampai bibir dowerpun akan terlaksana asal kuat ngomongnya aja. Saat saya tugas di Bosnia, saya pernah merasakan jenuh berbahasa Inggris terus, akhirnya saya bercakap-cakap pakai bahasa Melayu dengan kawan dari Malaysia. Tapi rupanya ada kawan dari Portugal dan Spanyol yang akhirnya komplain, mereka bilang "this is not Indonesia my friend, please speak English...". Ya, akhirnya saya harus jelaskan ke mereka bahwa bahasa kami antara Indonesia dan Malaysia itu satu rumpun, jadi kalau saya bicara dengan kawan Malaysia ini bisa saling ngerti, itu kayak kalian bicara bahasa Portugis dan Spanyol, jadi kalian kan bisa saling mengerti juga. Akhirnya merekapun manggut-manggut.
Sekarang saya bicara soal dukanya sebagai seorang peace keeper. Pengalaman saya pribadi, rasa duka yang mendalam adalah saat harus berpisah dengan anak dan istri. Terutama bila diberitahu oleh istri di rumah lewat tilpun kalau anak sedang sakit. Bisa dibayangkan betapa gelisahnya hati ini, ketika teringat anak sakit, sementara di rumah hanya istri sendirian merawat anak-anak. Kadang jadi timbul rasa bersalah karena telah meninggalkan anak dan istri merantau ke negeri orang yang cukup jauh. Yang lebih sedih lagi bila ada berita duka dari tanah air, sehingga harus pulang mendadak dan ini perlu proses cukup panjang untuk mendapatkan ijin khusus supaya bisa pulang ke tanah air dengan segera.
Hal lain yang menyedihkan adalah bila kita mengetahui dengan sendirinya betapa memprihatinkan kondisi masyarakat di daerah konflik yang sedang kita tempati. Sehingga dari sinilah akhirnya saya sadar bahwa Indonesia adalah negara paling enak sedunia, sehingga harus tetap dijaga keutuhannya, jangan sampai terpecah belah karena konflik bersaudara ataupun karena intervensi asing yang berupaya memecah belah NKRI. Saat di Bosnia dulu, saya melihat bahwa orang-orang yang dulunya tinggal dalam satu wilayah dan setelah perang selesai akhirnya wilayah tersebut terpecah jadi dua negara, akhirnya harus mengalami kesulitan saat mau melintasi perbatasan wilayah yang baru tersebut. Padahal tadinya sebelum perang terjadi, wilayah di seberang sungai sana adalah tempat mereka bekerja, dll. Namun sekarang telah menjadi negara lain, sehingga untuk melewati perbatasan harus menggunakan paspor dan visa, padahal kebutuhannya hanya untuk belanja, bekerja atau sekedar menengok saudara saja. Hal ini ternyata terjadi juga di Indonesia yaitu setelah Timor Timur berubah menjadi negara sendiri dengan nama Timor Leste maka semua orang yang melintasi perbatasan antara Timur Barat dan Timor Timur harus bisa menunjukkan paspor dan visanya atau paling tidak ijin lintas batas dari petugas imigrasi di perbatasan.
Terkadang saya juga merasa sedih bila tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi warga sipil saat terjadinya peristiwa kejahatan ataupun saat konflik bersenjata terjadi. Hal ini karena terbatasnya wewenang yang kita jalankan sesuai mandat yang diembankan oleh PBB kepada kita.
Itulah sekelumit suka dukanya menjadi seorang UN Peace Keeper dan semoga pengalaman ini bisa menjadi manfaat untuk para pembaca semuanya.
Sekian
Salam dari El Fasher Darfur Sudan

Komentar

Unknown mengatakan…
cuma mo tanya nih mas.....
saya bukanlah anggota POLRI ataupun TNI, apakah terbuka kemingkinan bagi warga sipil untuk bisa menjadi UN PEACEKEEPER?
hsoegiharto70 mengatakan…
Untuk warga sipil (civilian) yang mau bergabung dalam Peace Keeping mission sebenarnya bisa saja, walaupun bukan dari TNI atau Polri. Hanya posisinya saja yang berbeda, kalau TNI atau Polri itu di bagian pasukan (troops) sedangkan warga sipil (civilian) akan jadi civilian staff yang mendukung tugas operational di Peace Keeping mission. Sudah banyak WNI sipil yang juga gabung di Peace Keeping Mission walaupun mereka bukan dari TNI atau Polri. Silakan menengok website UN DPKO.
Unknown mengatakan…
Ijin Dan....
kisah yg Sungguh menggugah semangat. Kami di daerah sulit sekali mendapatkan informasi akan adanya rekruitmen seperti ini. Sy bisa komputer, menyetir, dan berbahasa inggris aktiv (pernah kuliah di English department universitas pattimura - Ambon), kapan ada rekruitmen lg Dan?
hsoegiharto70 mengatakan…
Hi Gio Riyadi,
Untuk informasi pendaftaran silakan hubungi Bag Gassus Robinkar SSDM Polri Jl. Trunojoyo no. 3 Gedung TNCC Lantai 10 Mabes Polri Jakarta Selatan tilp. 021 7218763/7218631. Website: www.polri.go.id; email: gassus_sdm@polri.go.id

Selamat mencoba dan semoga berhasil
Anonim mengatakan…
Izin bertannya Pak,
kalau anggota polri apakah harus ada minimal pangkat / masa kerja beberapa tahun baru bisa bergabung?
trima kasih.
hsoegiharto70 mengatakan…
Untuk persyaratan masa kerja minimal berapa tahun sebaiknya cari informasi saat ada pendaftaran dan silakan hubungi Bag Gassus Robinkar SSDM Polri Jl. Trunojoyo no. 3 Gedung TNCC Lantai 10 Mabes Polri Jakarta Selatan tilp. 021 7218763/7218631. Website: www.polri.go.id; email: gassus_sdm@polri.go.id

Selamat mencoba dan semoga berhasil

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan Komisi III DPR RI ke Sudan

Pendidikan Pengembangan Spesialis Bahasa di Sebasa Polri 2010 Gel. I

Security Certification Program Course 96 Nairobi, Kenya